Nama saya Dwi Anggraeni atau akrab dipanggil Anggi. Saya duduk di kelas 12 Sekolah Sukma Bangsa Sigi. Saya merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Keluarga saya adalah keluarga yang sederhana dari daerah Biromaru, kabupaten Sigi. Menjadi satu-satunya anak perempuan di keluarga, tidak membuat saya menjadi anak yang manja. Justru saya sangat mandiri dan memiliki mimpi yang besar untuk diri saya dan keluarga saya. Berbekal motivasi ini, saya selalu berusaha menjadi yang terbaik di sekolah. Saya aktif di berbagai kegiatan sekolah. Walaupun terlihat sebagai gadis yang periang, namun—di balik itu—Saya menyimpan banyak kekhawatiran tentang masa depan saya. Hingga suatu hari ada pemberitahuan tentang beasiswa Bakti Indonesia dari Universitas Prasetya Mulya yang menjanjikan biaya pendidikan, transpor dan biaya hidup yang ditanggung penuh oleh pemberi beasiswa ini, sehingga saya berusaha dengan begitu kerasnya untuk bisa mendapatkan kursi tersebut. Waktu luang dan waktu istirahat saya gunakan untuk mengerjakan soal-soal latihan masuk perguruan tinggi, sambil tak lupa juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa, memohon pertolongan dan bimbingan serta agar hati saya dilapangkan jika saya belum berjodoh dengan beasiswa ini. Hari ujian untuk tes beasiswa Bakti Indonesia dari Universitas Prasetya Mulya pun tiba. Saya bersaing dengan semua teman seangkatan saya baik dari Sekolah Sukma Bangsa maupun dari beberapa sekolah di Kabupaten Sigi untuk mendapatkan beasiswa ini. Sayang sekali dalam proses pengerjaan soal tes, Saya kehabisan waktu sehingga beberapa soal tidak sempat saya jawab. Saya merasa sedih sebab belum mampu menyelesaikan ujian ini dengan baik.
Saat hari pengumuman tiba, ternyata usaha dan kerja keras saya terbalaskan dengan saya dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa Bakti Indonesia dari Universitas Prasetya Mulya tersebut. Namun saya tidak dapat mengekspresikan kebahagian saya secara berlebihan. Pada saat yang bersamaan saya juga merasa sedih sebab banyak pula teman saya yang belum berhasil lolos di hari itu. Apalagi saya tahu betul bagaimana kerasnya usaha teman-teman saya. Saya juga terus berdoa agar teman-teman saya juga diberi keberuntungan di jalan mereka masing-masing. Keberhasilan Saya tidak lepas juga dari dukungan banyak pihak, Allah SWT, Sir Gera, Sir Ragiel, Mem Rifka, Mem Ayha dan semua guru-guru serta teman-teman yang memberi bantuan dan dukungan. Dalam mengawal perjalanan saya, Saya dibekali dengan sebuah kalimat, “Jika Tuhan mengabulkan doamu berarti dia ingin kamu bersyukur. Jika Tuhan menunda doamu berarti ia ingin kamu bersabar.” (Anggi)