Dalam rubrik SOSOK edisi kali ini, kami memilih ibu Nurhayati (Direktur Sekolah Sukma Bangsa Sigi). Ia lahir di Aceh Besar, 07 Juni 1987. Ia anak terakhir dari 6 bersaudara, 2 laki-laki dan 4 perempuan, tapi kedua saudara laki-lakinya telah meninggal dunia. Nurhayati pernah berada pada fase terendahnya saat ibunya meninggal dunia. Pada saat itu, ia sedang sibuk-sibuknya di awal semester menuntut ilmu di negara orang, namun syukurnya ia masih bisa melihat ibunya karena seminggu sebelum ibunya meninggal ia sudah pulang dan langsung mengurus ibunya di rumah sakit. Masa kecilnya dilalui bersama orang-orang terdekatnya, teman, dan pengalaman-pengalaman yang menakjubkan di kota Banda Aceh. Sifat tegas, dan optimisnya yang diyakini, ditunjukkannya sejak kecil. Nur nama sapaannya, yang senangnya “jalan-jalan” dan sangat gemar membaca ini dikenal sangat cerdas sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Nurhayati kemudian menuntut ilmu di MAN 1 Banda Aceh. Pada masa ini, kecerdasannya semakin menonjol, terutama pada pelajaran Matematika dan Kimia, terbukti ia pernah mengikuti lomba olimpiade dan mendapatkan juara 1 se-Kabupaten/Kota, dilanjutkan ke tingkat Provinsi dan ikut ajang Nasional namun tidak lulus ke level Internasional.
Ia mengambil Strata-1 di Jurusan Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala, Aceh. Setelah lulus dari sana ia langsung bekerja dan melakukan internship/magang di PT. Pertamina, Sumatra Selatan, tak lama ia pindah ke Sumatera Utara, lalu ia kembali kerja di PT Toba Pulp Lestari Tbk. Namun, karena ia ingin melanjutkan kuliah, akhirnya berhenti dan melanjutkan pendidikan dengan mengambil beasiswa S2 di kampus National Cheng Kung University, Taiwan, jurusan Teknik Kimia. Setelah tamat dari sana ia langsung bekerja di Sekolah Sukma Bangsa Aceh, sebenarnya ada banyak tawaran bekerja di tempat yang lain, namun ia tetap memilih Sukma Bangsa Aceh. “Sangat di luar prediksi, yang awalnya tidak mau jadi guru tiba-tiba harus jadi guru mungkin itu doa dari orang tua, seorang ayah yang menginginkan anaknya untuk menjadi guru”, katanya. Padahal ia mempunyai cita-cita menjadi ahli Rekayasa Teknik. Ia bekerja di Sekolah Sukma Bangsa Aceh pada akhir tahun 2014, dan awalnya diterima sebagai guru Kimia, lalu ia pun menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan kemudian menjadi wakil kepala sekolah bidang kurikulum. karier pendidikannya semakin baik, ia melanjutkan kuliah lagi dan mengambil S2 jurusan Teacher Education di University of Tampere, Finlandia, selama dua tahun. Pulang dari sana, kemudian menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan lagi. Tak lama menjadi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, kemudian diminta mengambil tugas baru sebagai Head of Center Cambridge International School, ia mengurusi lisensi dan program/kurikulum Internasional selama dua tahun, kemudian ia dipindahkan ke Sekolah Sukma Bangsa Sigi pada tahun 2021 hingga saat ini.
Banyak pengalaman kariernya yang sudah ia lewati, dari mulai bekerja, mendapatkan beasiswa S2, mengajar sampai membawa peserta didiknya di Sekolah Sukma Aceh untuk ikut olimpiade dan penelitian di berbagai daerah, serta berbagai macam lomba karya ilmiah, bahkan pernah mengantarkan siswanya ke Amerika Serikat untuk mengikuti pertukaran pelajar. Ia juga pernah menjadi pembicara pada seminar-seminar ilmiah tingkat dunia dan pernah beberapa kali menjadi best presenter dalam International Conferences yang berlangsung. Ia juga menulis karya ilmiah dengan topik lingkungan dan rekayasa, serta pendidikan pada beberapa Jurnal Nasional/Internasional, di mana 3 di antaranya terindeks Scopus dan berada pada posisi Q1 (kuartil 1). Selama 8 tahun mengabdi di Sekolah Sukma Bangsa sangat membuatnya betah, ditambah lagi ketika melihat keceriaan siswa-siswanya, dan senang akan mengajar. Nurhayati adalah sosok yang sangat optimis, yang mau berjuang dengan hasil yang memuaskan. Nur mempunyai moto sejak ia duduk di Sekolah Dasar dan selalu memegang teguh moto tersebut, yaitu “Man Jadda Wa Jada”, artinya “barangsiapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil”. Dan ia selalu memberikan motivasi dan mengingatkan siswa-siswanya agar menikmati hidup dan terus belajar hingga tua nanti. (By Yulin)