Dalam sebuah kolaborasi inovatif, Ketua Green School Project (GSP) dan Anggota Climate Change Club Sekolah Sukma Bangsa Sigi mengubah sampah plastik menjadi paving block. Lebih dari sekadar aktivitas daur ulang, kegiatan yang berlangsung pada haru Jumat, 8 Agustus 2025 ini merupakan perwujudan nyata dari prinsip ekonomi sirkular dan menjadi laboratorium hidup bagi pendidikan karakter lingkungan siswa.
Kegiatan ini berangkat dari filosofi bahwa sampah yang telah dipilah akan menjadi komoditas yang berguna, bukan lagi sebagai limbah. Ekonomi sirkular, yang menjadi landasan program ini, menantang model ekonomi linear tradisional (ambil, buat, buang) dengan mendesain sistem yang menghilangkan limbah dan terus menggunakan sumber daya yang ada. Dengan menggunakan sampah plastik sebagai bahan baku pada pembuatan paving block, sekolah tidak hanya mengurangi polusi tetapi juga menciptakan nilai ekonomi baru dari sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak berguna.
Dipandu oleh Pak Bayu, Site Manager Yayasan Sukma, proses dimulai dengan mencacah manual sampah plastik yang telah dikumpulkan—sebuah langkah yang justru sarat nilai edukasi. Dengan peralatan yang terbatas, seperti hanya satu unit mesin cetak, siswa secara bergiliran terlibat langsung dalam setiap tahapan: mencampur biji plastik, semen, pasir, dan air, lalu melakukan pencetakan.
Keterbatasan alat tidak dilihat sebagai hambatan, melainkan sebagai inti dari pembelajaran. “Proses yang tidak instan ini justru mengajarkan kesabaran, kerja sama, dan menghargai setiap tahapan kerja,” jelas salah seorang guru pendamping. Dalam durasi 120 menit, sebanyak 12 paving block berhasil diproduksi dan akan menjalani proses pengeringan selama tiga hari sebelum digunakan untuk memperindah taman dan pedestrian sekolah.
Keberhasilan kegiatan ini diukur bukan dari jumlah paving yang dihasilkan, tetapi dari dampaknya yang membentuk pola pikir.
- Pendidikan Karakter: Siswa belajar bahwa tindakan sekecil apapun, mulai dari memilah sampah, memiliki dampak yang nyata.
- Kemandirian dan Inovasi: Sekolah menunjukkan bagaimana keterbatasan dapat disiasati dengan kreativitas dan kolaborasi.
- Keberlanjutan dalam Aksi: Paving block yang dihasilkan akan menjadi pengingat fisik yang abadi tentang komitmen mereka terhadap lingkungan, menciptakan rasa kepemilikan, dan kebanggaan.
Kolaborasi antara GSP dan Klub Climate Change ini membuktikan bahwa upaya pelestarian lingkungan dimulai dari kesadaran individu yang dikolaborasikan menjadi aksi kolektif. Setiap paving block yang terhampar di lingkungan Sekolah Sukma Bangsa Sigi bukan hanya jalan setapak, tetapi jejak langkah konkret generasi muda dalam membangun etika lingkungan dan menyelamatkan bumi, dimulai dari halaman sekolah mereka sendiri. (Nurhayati-Dir)